PEMBELAJARAN AFEKTIF
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Hakikat Pendidikan Nilai dan Sikap
Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang
sifatnya tersembunyi, tidak berada di dalam dunia yang empiris. Nilai
berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk, indah dan tidak
indah, dan lain sebagainya. Dengan demikian pendidikan nilai pada dasarnya
merupakan proses penanaman nilai kepada peserta didik sehingga ia dapat
berperilaku sesuai dengan pandangan yang dianggapnya baik dan tidak
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
B. Aspek Afektif dalam Proses Pembelajaran
Belajar dipandang sebagai upaya sadar seorang individu untuk
memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan, baik aspek kognitif, afektif
dan psikomotor. Namun hingga saat ini dalam praktiknya, proses pembelajaran di
sekolah tampaknya lebih cenderung menekankan pada pencapaian perubahan aspek
kognitif (intelektual), yang dilaksanakan melalui berbagai bentuk pendekatan,
strategi dan model pembelajaran tertentu. Sementara, pembelajaran yang secara
khusus mengembangkan kemampuan afektif tampaknya masih kurang mendapat
perhatian. Kalaupun dilakukan mungkin hanya dijadikan sebagai efek pengiring (nurturant
effect) atau menjadi hidden curriculum yang
disisipkan dalam kegiatan pembelajaran yang utama yaitu pembelajaran kognitif
atau pembelajaran psikomotor.
Secara konseptual maupun emprik, diyakini bahwa aspek afektif
memegang peranan yang sangat penting terhadap tingkat kesuksesan seseorang dalam bekerja maupun kehidupan secara
keseluruhan. Meski demikian, pembelajaran afektif justru lebih banyak dilakukan
dan dikembangkan di luar kurikulum formal sekolah. Salah satunya yang sangat
populer adalah model pelatihan kepemimpinan seperti ESQ ala Ari Ginanjar.
Oleh karena hal itu, aspek afektif ini sudah semestinya diberikan
ruang khusus dalam proses pembelajaran. Agar target serta tujuan dari proses
pendidikan yakni untuk memanusiakan manusia dapat terwujud dengan sempurna.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Pembelajaran Afektif
Pembelajaran afektif berbeda dengan pembelajaran intelektual dan
keterampilan, karena segi afektif sangat bersifat subjektif, lebih mudah
berubah, dan tidak ada materi khusus yang harus dipelajari. Hal-hal di atas
menuntut penggunaan metode mengajar dan evaluasi hasil belajar yang berbeda
dari mengajar segi kognitif dan keterampilan.
B. Model-model Pembelajaran Afektif
Merujuk pada pemikiran Nana Syaodih Sukmadinata (2005), maka di
bawah ini akan dikemukakan beberapa model pembelajaran afektif yang populer dan
banyak digunakan, yakni sebagai berikut :
1.
Model Konsiderasi
Manusia seringkali bersifat egoistis, lebih memperhatikan,
mementingkan, dan sibuk mengurusi dirinya sendiri. Melalui penggunaan model
konsiderasi (consideration model) siswa didorong untuk lebih peduli, lebih memperhatikan orang lain,
sehingga mereka dapat bergaul, bekerja sama, dan hidup secara harmonis dengan
orang lain.
Model konsiderasi dikembangkan oleh MC. Paul, seorang humanis. Paul
menganggap bahwa pembentukan moral tidak sama dengan pengembangan kognisi yang
rasional. Pembelajaran moral siswa menurutnya adalah pembentukan pembentukan
kepribadian bukan pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, model ini
menekankan kepada strategi pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian.
Tujuannya adalah agar siswa menjadi manusia yang memiliki kepedulian terhadap
orang lain.
Adapun langkah-langkah pembelajaran model konsiderasi adalah :
1)
Implementasi model konsiderasi guru dapat mengikuti
tahapan-tahapan pembelajaran seperti berikut:
2)
Menghadapkan siswa pada suatu masalah yang mengandung
konflik, yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ciptakan situasi
”Seandainya siswa ada dalam masalah tersebut.”
3)
Menyuruh siswa untuk menganalisis sesuatu masalah
dengan melihat bukan hanya yang tampak, tapi juga yang tersirat dalam
permasalahan tersebut, misalnya perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang
lain.
4)
Menyuruh siswa untuk menuliskan tanggapannya terhadap
permasalahan yang dihadapi. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menelaah
perasaannya sendiri sebelum mendengar respons orang lain untuk dibandingkan.
5)
Mengajak siswa untuk menganalisis respons orang lain
serta membuat kategori dari setiap respons yang diberikan siswa.
6)
Mendorong siswa untuk merumuskan akibat atau
konsekuensi dari setiap tindakan yang diusulkan siswa. Dalam tahapan ini siswa
diajak berpikir tentang segala kemungkinan yang akan timbul sehubungan dengan
tindakannya.
7)
Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari
berbagai sudut pandang untuk menambah wawasan agar mereka dapat menimbang sikap
tertentu sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
8)
Mendorong siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang
harus dilakukan sesuai dengan pilihannya berdasarkan pertimbangannya sendiri.
2.
Model Pembentukan Rasional
Dalam kehidupannya, orang berpegang pada nilai-nilai sebagai standar
bagi segala aktivitasnya. Nilai-nilai ini ada yang tersembunyi, dan ada pula
yang dapat dinyatakan secara eksplisit. Nilai juga bersifat multidimensional,
ada yang relatif dan ada yang absolut. Model pembentukan rasional (rational
building model) bertujuan mengembangkan kematangan pemikiran tentang
nilai-nilai.
Langkah-langkah pembelajaran rasional :
1)
Mengidentifikasi situasi di mana ada ketidakserasian
atu penyimpangan tindakan.
2)
Menghimpun informasi tambahan.
3)
Menganalisis situasi dengan berpegang pada norma,
prinsip atu ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam masyarakat.
4)
Mencari alternatif tindakan dengan memikirkan
akibat-akibatnya.
5)
Mengambil keputusan dengan berpegang pada prinsip atau
ketentuan-ketentuan legal dalam masyarakat.
3.
Klarifikasi Nilai
Setiap orang memiliki sejumlah nilai, baik yang jelas atau
terselubung, disadari atau tidak. Klarifikasi nilai (value clarification
model) merupakan pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau
proses menilai (valuing process) dan membantu siswa menguasai
keterampilan menilai dalam bidang kehidupan yang kaya nilai. Penggunaan model
ini bertujuan, agar para siwa menyadari nilai-nilai yang mereka miliki,
memunculkan dan merefleksikannya, sehingga para siswa memiliki keterampilan
proses menilai.
Langkah-langkah pembelajaran klasifikasi nilai :
1)
Pemilihan. Para siswa
mengadakan pemilihan tindakan secara bebas, dari sejumlah alternatif tindakan
mempertimbangkan kebaikan dan akibat-akibatnya.
2)
Mengharagai pemilihan. Siswa menghargai pilihannya
serta memperkuat-mempertegas pilihannya,
3)
Berbuat. Siswa melakukan perbuatan yang berkaitan
dengan pilihannya, mengulanginya pada hal lainnya.
4.
Pengembangan Moral Kognitif
Perkembangan moral manusia berlangsung melalui restrukturalisasi
atau reorganisasi kognitif, yang yang berlangsung secara berangsur melalui
tahap pra-konvensi, konvensi dan pasca konvensi. Model ini bertujuan membantu
siswa mengembangkan kemampauan mempertimbangkan nilai moral secara kognitif.
Model pengembangan kognitif dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg.
Model ini banyak diilhami oleh pemikiran John Dewey yang berpendapat bahwa
perkembangan manusia terjadi sebagai proses dari restrukturisasi kognitif yang
berlangsung secara berangsur-angsur menurut urutan tertentu. Menurut Kolhberg,
moral manusia itu berkembang melalui 3 tingkat , dan setiap tingkat terdiri
dari 2 tahap.
a.
Tingkat Prakonvensional
Pada tingkat ini
setiap individu memandang moral berdasarkan kepentingannya sendiri. Artinya
pertimbangan moral didasarkan pada pandangan secara individual tanpa
menghiraukan rumusan dan aturan yang dibuat oleh masyarakat.
Tingkat
prakonvensional terdiri dari dua tahap, yakni :
1.
Orientasi hukuman dan kepatuhan
Artinya anak
hanya berpikir bahwa perilaku yang benar itu adalah perilaku yang tidak akan mengakibatkan
hukuman, dengan demikian setiap peraturan harus dipatuhi agar tidak menimbulkan
konsekuensi negatif.
2.
Orientasi instrumental relatif
Pada tahap ini
perilaku anak didasarka pada perilaku adil, berdasarkan aturan permainan yang
telah disepakati.
b.
Tahap Konvensional
Pada tahap
konvensional meliputi 2 tahap, yaitu :
1.
Keselarasan interpersonal
Pada tahap ini
ditandai dengan perilaku yang ditampilkan individu didorong oleh keinginan
untuk memenuhi harapan orang lain.
2.
System social dan kata hati
Pada tahap ini
perilaku individu bukan didasarkan pada dorongan untuk memenuhi harapan orang
lain yang dihormatinya. Melainkan bagaimana kata hatinya.
c.
Tingkat postkonvensional
Pada tingkat ini
perilaku bukan hanya didasarkan pada kepatuhan terhadap norma-norma masyarakat
yang berlaku,akan tetapi didasari oleh adanya kesadaran sesuai dengan
nilai-nilai yang dimiliki secara individu.
1.
Kontra sosial
Pada tahap
iniperilaku individu didasarkan pada kebenaran-kebenaran yang diakui oleh
masyarakat.
2.
Prinsip etis yang universal
Pada tahap ini
perilaku manusia didasarkan pada prinsip-prinsip universal.
Langkah-langkah pembelajaran moral kognitif :
1)
Menghadapkan siswa pada suatu situasi yang mengandung
dilema moral atau pertentangan nilai.
2)
Siswa diminta memilih salah satu tindakan yang
mengandung nilai moral tertentu.
3)
Siswa diminta mendiskusikan/menganalisis kebaikan dan
kejelekannya.
4)
Siswa didorong untuk mencari tindakan-tindakan yang
lebih baik.
5)
Siswa menerapkan tindakan dalam segi lain.
5.
Model Nondirektif
Para siswa
memiliki potensi dan kemampuan untuk berkembang sendiri. Perkembangan pribadi
yang utuh berlangsung dalam suasana permisif dan kondusif. Guru hendaknya
menghargai potensi dan kemampuan siswa dan berperan sebagai
fasilitator/konselor dalam pengembangan kepribadian siswa. Penggunaan model ini
bertujuan membantu siswa mengaktualisasikan dirinya.
Langkah-langkah pembelajaran nondirekif :
1)
Menciptakan sesuatu yang permisif melalui ekspresi
bebas.
2)
Pengungkapan siswa mengemukakan perasaan, pemikiran dan
masalah-masalah yang dihadapinya,guru menerima dan memberikan klarifikasi.
3)
Pengembangan pemahaman (insight), siswa mendiskusikan
masalah, guru memberikan dorongan.
4)
Perencanaan dan penentuan keputusan, siswa merencanakan
dan menentukan keputusan, guru memberikan klarifikasi.
5)
Integrasi, siswa memperoleh pemahaman lebih luas dan
mengembangkan kegiatan-kegiatan positif.
C. Kesulitan dalam Pembelajaran Afektif
Pertama, selama ini proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang
berlaku cenderung diarahkan untuk pembentukan intelektual.dengan demikian
keberhasilan proses pendidikan dan proses pembelajaran di sekolah ditentukan
oleh criteria kemampuan intelektual.
Kedua, sulitnya melakukan control karena banyaknya factor yang dapat
mempengaruhi perkembangan sikap seseorang.
Ketiga, keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa dievaluasi dengan
segera. Berbeda dengan keberhasilan pembentukan kognisi dan aspek ketrampilan
yang hasilnya dapat diketahui setelah proses pembelajaran berakhir.
Keempat, pengaruh kemajuan teknologi,khususnya teknologi informasi
yang menyuguhkan aneka pilihan program acara,berdampak pada pembentukan
karakter anak.
JENIS
- JENIS METODE PEMBELAJARAN
Dalam proses pemebelajaran seorang guru harus memiliki kreatifitas
(kemampuan) dalam memberikan materi di kelas agar proses pembelajaran dapat
berjalan sesuai dengan yang diinginkan, untuk itu dibutuhkan suatu metode
pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan bagi seorang pendidik agar proses
pembelajaran lebih menyenangkan. Dalam prakteknya terdapat beragam jenis metode
pembelajaran dan penerapannya di antaranya yaitu :
1. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya
mengikuti secara pasif. Metode ceramah dipandang monoton, karena penyampai
informasi seperti ini tidak mengundang umpan balik. Sehingga langkah-langkah di
bawah ini dapat dipakai sebagai petunjuk untuk mempertinggi kualitas hasil
metode ceramah:
a.
Tujuan pembicaraan (ceramah) harus dirumuskan dengan
jelas.
b.
Setelah menetapkan tujuan, harus diteliti sesuaikah
metode ini dengan tujuan.
c.
Menyusun ceramah dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
·
Bahan ceramah dapat dimengerti dengan jelas, maksudnya
setiap pengertian dapat menghubungkan pembicaraan dengan pendengar dengan
tepat.
·
Dapat menangkap perhatian siswa.
·
Memperlihatkan kepada pendengar bahwa bahan yang mereka
peroleh berguna bagi kehidupan mereka.
d.
Menanamkan pengertian yang jelas.
e.
Guru terlebih dahulu mengemukakan suatu cerita singkat
bersifat ilustratif, sehingga dapat menggambarkan dengan jelas apa yang
dimaksud.
a. Kelebihan Metode
Ceramah
·
Guru mudah menguasai kelas.
·
Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
·
Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
·
Mudah dilaksanakan.
b. Kelemahan metode
ceramah:
·
Membuat siswa pasif.
·
Mengandung unsur paksaan kepada siswa.
·
Mengurung daya kritis siswa.
·
Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan
menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar
menerimanya.
·
Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak
didik.
·
Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian
kata-kata).
·
Bila terlalu lama membosankan.
·
Terkadang penafsiran murid dengan apa yang dijelaskan
guru berbeda.
2. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak
didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau
percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat
merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan
data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara
nyata.
a. Kelebihan
metode eksperimen:
·
Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas
kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya
menerima kata guru atau buku;
·
Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan
studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang
dituntut dari seorang ilmuwan, dan
·
Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat
membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya
yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
b. Kekurangan metode
eksperimen:
·
Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap
anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen;
·
Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak
didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran; serta
·
Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang
ilmu dan teknologi.
3. Metode Demonstrasi
Demonstrasi adalah metode yang digunakan pada pengajaran manipulatif
dan keterampilan, pengembangan pengertian, untuk menunjukkan bagaimana
melakukan praktik-praktik baru dan memperbaiki cara melakukan sesuatu.
a. Jenis
Demonstrasi (Nursidik, 2002)
1)
Metode Demonstrasi Cara
Demonstrasi cara menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu. Hal ini
termasuk bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan yang sedang dikerjakan,
memperlihatkan apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya, serta
menjelaskan setiap langkah pengerjaannya. Biasanya dapat diselesaikan dalam
waktu yang relatif singkat dan tidak memerlukan banyak biaya.
2)
Metode Demonstrasi Hasil
Demonstrasi hasil dimakduskan untuk menunjukan hasil dari beberapa
praktik dengan menggunakan bukti-bukti yang dapat dilihat, didengar, dan
dirasakan.
b. Kelebihan
·
Demonstrasi menarik dan menahan perhatian
·
Demonstrasi menghadirkan subjek dengan cara mudah
dipahami
·
Demonstrasi menyajikan hal-hal yang meragukan apakah
dapat atau tidak dapat dikerjakan.
·
Metode demonstrasi adalah objektif dan nyata.
·
Metode demonstrasi menunjukkan pelaksanaan ilmu
pengetahuan dengan contoh.
·
Demonstrasi mempercepat penyerapan langsung dari
sumbernya.
·
Dapat membantu mengembangkan kepemimpinan lokal
·
Dapat memberikan bukti bagi praktik yang dianjurkan.
·
Melihat sebelum melakukan. Manfaat bagi siswa dengan
melihat sesuatu yang dilakukan sebelum mereka harus melakukannya sendiri.
c. Kelemahan
·
Demonstrasi yang baik tidak mudah dilaksanakan.
Keterampilan yang memadai diperlukan untuk melaksanakan demonstrasi yang baik.
·
Metode demonstrasi terbatas hanya untuk jenis
pengajaran tertentu.
·
Demonstrasi hasil memerlukan waktu yang banyak dan agak
mahal.
·
Memerlukan banyak persiapan awal.
·
Dapat dipengaruhi oleh cuaca.
·
Dapat mengurangi kepercayaan jika tidak berhasil
·
Tidak mengalami langsung. Sebuah demonstrasi bukan
merupakan pengalaman langsung bagi siswa kecuali mereka mengikuti dari awal,
sebagai guru adalah menunjukkan langkah atau keterampilan.
4. Metode Eksperimen (Percobaan)
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak
didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau
percobaan. Metode eksperimen merupakan suatu metode mengajar yang menggunakan
alat dan tempat tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Penggunaan teknik
ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai
jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan
sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah.
Kelebihan dan kelemahan tersebut menurut Martiningsih (2007) yakni
sebagai berikut :
a. Kelebihan
·
Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas
kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya
menerima kata guru atau buku.
·
Memotivasi peserta didik untuk mengeksplorasi
(menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
·
Dapat membina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan
baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan.
b. Kelemahan
·
Tidak cukupnya alat-alat yang dibutuhkan mengakibatkan
tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
·
Memerlukan jangka waktu yang lama.
·
Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang
ilmu sains dan teknologi.
c. Aplikasi
dalam Pembelajaran
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) yang dikutip dalam
blog Martiningsih (2007) adalah :
1)
Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan
eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen.
2)
Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta
bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus
dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.
3)
Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi
pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang
kesempurnaan jalannya eksperimen.
4)
Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan
hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes
atau tanya jawab.
Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik
dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih
ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang
dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan
mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara
atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga
perilaku yang inovatif dan kreatif.
5. Metode Discovery
Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai
suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi
obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang
meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada
proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut
Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang
unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan
ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk
mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode
discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru
memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara
tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
Suryosubroto (2002:193) mengutip pendapat Sund (1975) bahwa
discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau
sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan, dan sebagainya.
a. Tahapan-tahapan Discovery
Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode
discovery menurut Rohani(2004:39) yaitu:
1)
Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik.
2)
Penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis.
3)
Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang
diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis.
4)
Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi.
5)
Aplikasi kesimpulan atau generalisasidalam situasi
baru.
b. Kelebihan
Kelebihan metode
discovery Suryosubroto (2002:2001) adalah:
§ Dianggap
membantu siswa dalam mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan
ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus
dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk
menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu.
§ Pengetahuan
diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu
pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi
dan transfer.
§ Strategi
penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah
penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
§ metode
ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan
kemampuannya sendiri.
§ metode
ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih
merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada
suatu proyek penemuan khusus.
§ Metode
discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya
kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat
memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan.
§ Strategi
ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru
berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum
diketahui sebelumnya.
§ Membantu
perkembangan siswa menuju skeptissisme yang sehat untuk menemukan kebenaran
akhir dan mutlak.
c. Kelebihan
Kelemahan metode discovery Suryosubroto (2002:2001) adalah:
§ Harus
adanya persiapan mental untuk cara belajar ini.
§ Metode
ini kurang berhasil untuk mengajar kelas dalam skala besar.
§ Harapan
yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang
sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.
§ Mengajar
dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai cara yang terlalu mementingkan
memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan
ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh
pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan.
§ Dalam
beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak
ada.
§ Strategi
ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau
pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh
guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan
masalah menjamin penemuan yang penuh arti.
6. Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik
untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan
peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234).
Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun
guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar.
Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang
kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan
komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan
kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan
fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami.
Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan
mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses
pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan
demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif,
analitis , dan kritis.
Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan
keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik
kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang
didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk
menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235).
a. Strategi
Pelaksanaan Inquiry
Strategi pelaksanaan inquiry adalah :
1)
Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan
terhadap materi yang akan diajarkan.
2)
Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab
pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang
dialami siswa.
3)
Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan
yang mungkin membingungkan peserta didik.
4)
Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah
dipelajari sebelumnya.
5)
Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan
yang dapat dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236).
b. Kelebihan
Teknik inquiry ini
memiliki keunggulan yaitu :
·
Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik.
·
Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada
situasi proses belajar yang baru.
·
mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas
inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.
·
Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan
hipotesanya sendiri.
·
Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
·
Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.
·
Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
·
Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
·
Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional.
·
Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga
mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
7. Metode Latihan
Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu
cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai
sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini
dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan
keterampilan.
a. Kelebihan
Kelebihan metode latihan :
·
Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti
menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
·
Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam
perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan
sebagainya.
·
Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan
kecepatan pelaksanaan.
b. Kekurangan
Kekurangan metode
latihan:
·
Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak
didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan
pengertian.
·
Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada
lingkungan.
·
Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara
berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
·
Dapat menimbulkan verbalisme.
8. Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau
berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai
cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk
memahami suatu konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.
a. Kelebihan
Kelebihan metode
simulasi di antaranya :
·
Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam
menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
·
Simulasi dapat mengembangkan kreatifitas siswa, karena
melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peran sesuai dengan
topik yang disimulasikan.
·
Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri
siswa.
·
Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diperlukan untuk menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
·
Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses
pembelajaran.
b. Kekurangan
Disamping memiliki kelebihan, metode simulasi juga memiliki
kekurangan, di antaranya :
·
Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu
tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
·
Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan
sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
·
Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering
mempengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.
c. Jenis-Jenis
Simulasi
Simulasi terdiri atas beberapa jenis, di antaranya :
1.
Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang
menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba,
gambaran keluarga otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk
memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta
mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.
Kelebihan metode sosiodrama diiantaranya adalah :
· Mengembangkan kreativitas siswa (dengan peran yang dimainkan siswa
dapat berfantasi).
· Memupuk kerjasama antara siswa.
· Menumbuhkan bakat siswa dalam seni drama.
· Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri.
· Memupuk keberanian berpendapat di depan kelas.
· Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan
dalarn waktu singkat.
Adapun kelemahan dari metode ini adalah:
· Adanya kurang kesungguhan para pemain menyebabkan tujuan tak
tercapai.
· Pendengar (siswa yang tak berperan) sening mentertawakan tingkah
laku pemain sehingga merusak suasana.
2.
Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang
bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama bisanya
digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap
tekanan-tekanan yang dialaminya.
3.
Role Playing
Role Playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai
bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi
peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada
masa mendatang.
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’
peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di
dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar
peserta memberikan penilaian terhadap keunggulan maupun kelemahan masing-masing
peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi
pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah
yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam
melakukan permainan peran.
9. Metode Proyek
Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan
kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai
bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar.
a. Kelebihan
Kelebihan metode proyek:
·
Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit
menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan.
·
Melalui metode ini, anak didik dibina dengan
membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara terpadu,
yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kekurangan
Kekurangan metode
proyek:
·
Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik
secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini;
·
Bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode
ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum
disiapkan untuk ini;
·
Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai
kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang
diperlukan;
·
Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat
mengaburkan pokok unit yang dibahas.
10. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa
pada suatu pemasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahauan siswa,
serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Karena itu, diskusi
bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat
bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.
a. Kelebihan
Kelebihan metode
diskusi antara lain :
·
Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih
kreatif khususnya dalam memeberikan gagasan atau ide-ide.
·
Dapat melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar
pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
·
Dapat melatih siswa untuk dapat melatih mengemukakan
pendapat atau gagasan secara verbal. Selain itu, siswa juga lebih terlatih
untuk menghargai pendapat orang lain.
b. Kelemahan
Selain beberapa kelebihan, metode diskusi juga memiliki beberapa
kelemahan, di antaranya :
·
Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh
2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
·
Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga
kesimpulan menjadi kabur.
·
Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang
tidak sesuai dengan yang direncanakan.
·
Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang
bersifat emosional dan tidak terkontrol. Akibatnya, terkadang ada pihak yang
merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.
c. Jenis-Jenis
Diskusi
1.
Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses
pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta
diskusi. Prosedur yang digunakan dalam diskusi ini yaitu : pertama, guru
membagi tugas sebagai pelaksana diskusi, misalnya siapa yang akan jadi
moderator, siapa yang menjadi penulis. Kedua, sumber masalah (guru, siswa, atau
ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan selam 10-15
menit. Ketiga, siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah
dipersilahkan oleh moderator. Keempat, sumber masalah memberi tanggapan, dan
kelima, moderator menyimpulkan hasil diskusi.
2.
Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompo
kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaanya dimulai
dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut
dibagi-bagi ke dalam submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok
kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan masalah
hasil diskusinya
3.
Simposium
Symposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan
dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Symposium dilakukan
untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para penyaji
memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka symposium diakhiri
dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.
4.
Diskusi Panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh
beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan audiens.
Hal inilah yang membedakan diskusi panel dengan beberapa diskusi lainnya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak di antara para guru yang marasa bahwa pekerjaan sebagai guru adalah
rendah dan hina jika dibandingkan dengan pekerjaan kantor atau bekerja di
suatu PT ,umpamanya.Hal ini mungkin disebabkan pandangan masyarakat terhadap
guru masih sempit dan picik .Suatu pandangan yangt umumnya bersifat
materialistis ,hanya ber tendens kepada keduniawian semata .
Pandangan seperti itu adalah pandangan yang salah .Pekerjaan sebagai guru
adalah pekerjaan yang luhur dan mulia ,baik ditinjau dari sudut masyarakat dan
Negara maupun ditinjau dari sudut keagamaan .Guru sebagai pendidik adalah
seorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan Negara .Tinggi atau
rendahnya kebudayaan suatu masyarakat, maju atau mundurnya tingkat kebudayaan
suatu masyarakat dan Negara, sebagian besar bergantung kepada pendidikan
dan pengajaran yang diberikan oleh guru-guru.
Dalam proses mengajar dan keberhasilan siswa sebagian besar sangat
ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru .Peranan dan kompetensi
guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal .Adam dan Decey dalam
“Basic Principles Of Student Teaching” mereka menyebutkan guru antara lain
berperan sebagai pengajar ,pemimpin kelas, pembimbing, perencana, motivator,
konselor, dsb.
Keberhasilan guru mengelola kelas dalam arti siswa dan lingkungan pelajarnya
serta ramuan pelajaran yang baik akan sangat mendukung konsentrasi dan
ketertarikan siswa terhadap pelajaran yang diajarkannya, Oleh karena itu setiap
sekolah harus mempunyai guru –guru atau tenaga pengajar yang berkualitas atau
yang profesional. Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut
melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki
pengetahuan dan kemampuan profesional .
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
yang di maksud Guru Profesional?
2. Apa
hakikat guru profesional?
3. Sebutkan
prinsip-prinsip Guru profesional?
4. Apa
saja yang termasuk dalam persyaratan Guru profesional?sebutkan?
5. Jelaskan
mengenai guru sebagai pendidik profesional?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui
dan memahami pengertian guru profesional
b. Mengetahui
dan memahami hakikat guru profesional
c. Mengetahui
prinsip-prinsip guru profesional
d. Mengetahui
dan memahami syarat-syarat guru profesional
e. Mengetahui
dan memahami mengenai guru sebagai pendidik profesional
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP
PENDIDIK PROFESIONAL
Istilah profesional adalah kata sifat dari kata profession (pekerjaan )
yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan.
2.1 Pengertian Guru Profesional
Dengan demikian guru profesional adalah guru yang
melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi (profesiens)
sebagai sumber kehidupan.Atau dengan kata lain guru profesional adalah orang
yang terdidik dan terlatih dengan baik,serta memiliki pengalaman di
bidangnya (Uzer Usman,1996:6) .
Menurut Riced dan Bishoprick (dalam bafadal; 2004 :5) guru
profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalm melaksanakan
tugasnya sehari-hari.Profesionalisasi guru berdasarkan pendapat tersebut di
pandang sebagai satu proses yang bergerak dari ketidaktahuan (ignorance)
menjadi tahu dari ketidak matangan (imunity) menjadi matang, dari
di arahkan orang lain (other-directedness) menjadi mengarahkan
sendiri.
Sedangkan Glickman (1981) dalam bafadal (2004 : 5)
menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional bilamana orang
tersebut memiliki kemampuan dan dengan pemikiran tersebut di atas, seorang guru
dapat di katakan profesional bilamana memiliki kemampuan tinggi (high
level of abstack) dan motifasi kerja tinggi (profesional bilamana memiliki kemampuan
kerja orang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya
Sesuai high level of comitmen) .
Menurut Glickman (1981) dalam bafadal (2004: 6) bahwa guru yang
memiliki tingkat abstraksi yang tinggi adalah guru yang mampu mengelola
tugas,menentukan berbagai permasalahan dalam tugas dan mampu secara mandiri
memecahkanya.
2.2. Hakikat Guru Profesional
Hakikat guru yang profesional adalah guru yang mempunyai visi yang tepat dan
berbagai aksi yang inovatif.Penjelasannta sbb:
a. Guru
dan visi yang tepat
Ada dua tinjauan konsep tentang visi.Visi dapat diartikan secara
sederhana sebagai pandangan.Guru dengan visi yang tepat berarti memiliki
pandangan yang tepat tentang pembelajaran,yaitu:
Ø Pembelajaran
merupakan jantung dalam proses pendidikan,sehingga kualitas pendidikan terletak
pada kualitas pendidikannya.
Ø Pembelajan
tidak akan menjadi lebih baik dengan sendirinya
Ø Harus
dilaksanakan sebagai sebuah pengabdian,bukan sebagai proyek.
b. Guru
dengan aksi inovatif dan mandiri
Perlu di garis bawhi bahwa yang di maksud dengan aksi di
atas adalah aksi pembaharuan dan pembauran pembelajaran di sekolah dapat
terjadi hanya dengan adanya inovasi pembelajaran.Dalam kaitan dengan
pembelajaran ,ada dua persfektif di antara teoritis tentang dapat tidaknya
sesuatu yang baru itu di sebut sebagai inovasi ,.
Pertama, ada di antara
teoritis yang berpendapat bahwa “sesuatu yang baru dapat di sebut sebagai
inovasi apabila di ciptakan sendiri oleh lembaga yang bersangkutan .”
Kedua,diantara para
teoritis ada yang berpendapat bahwa “sesuatu yang baru itu dapat di katakana
sebagai inovasi tidak harus di ciptakan sendiri oleh pihak internel lembaga.
23 Prinsip-prinsip Guru Profesional
Prinsip-prinsip yang di maksud meliputi:
a. Guru
harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang di
berikan serta dapat menggunakan berbagai media sumber belajar yang bervariasi.
b. Guru
harus dapt membangkitkan minat peserta didik untuk aktif berfikir serta mencari
dan menemukan sendiri pengetahuan .
c. Guru
harus dapat membuat urutan dalam pemberian pelajaran dan penyesuaian dengan
usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik
d. Guru
perlu menghubungkan pelajaran yang akan di berikan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi) ,agar peserta didik menjadi
mudah dalam memahami pelajaran yang di terimanya.
e. Proses
Dalam pembelajaran, diharapkan guru dapat menjelaskan unit pelajaran
berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik manjadi jelas.
f. Guru
wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara mata pelajaran
dan/ atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
g. Guru
harus tetap menjadi konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara
memberikan kesempatan berupa pangalanan secara langsung,mengamati/meneliti dan
menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.
h. Guru
haris mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik
dalam kelas maupun di luar kelas .
i. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta
didik secara individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan
perbedaannya tersebut (Uno, 2007:16) .
Prinsip-prinsip
guru profesional berdasarkan Undang-Undang RI No.14 tahun 2005:
a. Memiliki
bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
b. Memiliki
komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak
mulia.
c. Memiliki
kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
d. Memiliki
kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
e. Memiliki
tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f. Memperoleh
penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
g. Memiliki
kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
sepanjang hayat belajar.
h. Memiliki
jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan;dan
i. Memiliki organisasi profesi yang mmempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
2.4 Persyaratan Guru Profesional
Dari uraian di muka jelas bahwa pekerjaan guru itu
berat, tetapi luhur dan mulia.Tugas guru tidak hanya “mengajar”, tetapi juga
“mendidik”. Maka, untuk melakukan tugas sebagai guru, tidak sembarang orang
dapat menjalankanya. Sebagai guru yang baik harus memenuhi syarat-syarat yang
yang didalam UU no 12 tahun 1954 tentang Dasar-Dasar pendidikan dan
pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia dapat di simpulkan sbb:
a. Beijazah
b. Sehat
jasmani
c. Takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik
d. Bertanggung
jawab
e. Berjiwa
nasional
Sedangkan secara umum syarat-syarat guru profesional sbb:
a. Memiliki
kualifikasi pendidkan yang memadai.
b. Memiliki
kompetensi yang terdiri dari : (Memahami wawasan kependidikan,
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi pembelajaran
dan pengembangan profesi) .
c. Sehat
jasmani dan rohani .
d. Memiliki
komitmen yang tinggi terhadap profesi guru.
**
Sikap dan Sifat Guru yang Baik
Dalam
penjelasan di atas dikatakan salah satu syarat guru profesional yang harus
dimiliki oleh guru haris berkelakuan baik. Jika kita mengatakan “berkelakuan
baik”, maka di dalamnya terkandung segala sikap, watak, dan sifat-sifat yang
baik. Di sini tidak mungkin kita sebutkan semua sikap dan sifat yang baik yang
harus ada pada guru. Di dalam pasal ini akan kita pilih beberapa sikap dan
sifat yang sangat penting saja diantaranya:
a. Adil
b. Percaya
dan suka kepada murid-muridnya .
c. Sabar
dan rela berkorban .
d. Memiliki
perbawa (gezag) terhadap anak-anak .
e. Bersikap
baik terhadap guru-guru lainya .
f. Bersikap
baik terhadap masyarakat .
g. Benar-benar
menguasai mata pelajarannya .
h. Suka
pada mata pelajaran yang diberikannya .
i. Berpengetahuan luas.
2.5 Tugas dan Peranan Guru
Dalam melihat dan menentukan guru profesional tentu saja tidak terlepas dari
tugas dan perananuya di sekolah khususnya di kelas.
·
Adapun tugas-tugas guru sebagai profesi meliputi:
a. Mendidk
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup .
b. Mengajar
Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
c. Melatih
Melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan siswa.
·
Adapun tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi:
a. Dapat
menjadi orang tua bagi murid-muridnya di sekolah .
b. Dapat
menarik simpati para siswa;dan juga
c. Dapat
menjadi motivator dalam kegiatan belajar .
·
Adapun tugas guru dalam kemasyarakatan meiputi:
a. Mendidik
dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga Negara Indonesia yang bermoral
pancasila .
b. Mencerdaskan
Bangsa Indonesia.
·
Adapun peranan guru dalam kelas adalah sebagai
Demonstrator, Pengelola Kelas, Mediator, dan Fasilitator serta sebagai
Evaluator dan juga Konselor.
2.6 Guru Sebagai Pendidik Profesional
Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja
dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga hrus memiliki
pengetahuan dan kemampuan profesional. Dalam diskusi pengembangan model
pendidikan profesional tenaga kependidik yang diselenggarakan oleh PPS IKIP
Bandung Tahun 1990, dirumuskan 10 ciri suatu profesi, yaitu:
1. Memiliki
fungsi dan signifikasi sosial.
2. Memiliki
keahlian/ ketrampilan tertentu.
3. Keahlian/ketrampilan
diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
4. Didasarkan
atas disiplin ilmu yang jelas.
5. Diperoleh
dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama.
6. Aplikasi
dan sosialisasi nilai-nilai profesional.
7. Memiliki
kode etik.
8. Kebebasan
untuk memberikan judgment dalam memecahkan masalah dalam lingkup kerjanya.
9. Memiliki
tanggung jawab profesional dan otonomi.
10. Ada pengakuan dari masyarakat
dan imbalan atas layanan profesinya.
Louis E.Raths (1964) , mengemukakan sejumlah kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang guru sbb:
1. Explaning,Informing,Showing
How
2. Initiating,directing,administeting.
3. Unifying
the group.
4. Giving
security
5. Clarifying
attitudes,beliefs,problems
6. Diagnosing
learning problems
7. Making
curriculum materials
8. Evaluating
, recording, reporting
9. Enriching,
community activities
10. Organizing and arranging
classroom
11. Participating in school
activities
12. Participating in professional
and civic life.
Departemen pendidikan dan kebudayaan (1980) telah merumuskan
kemampuan-kemampuan yang harus di miliki guru dan mengelompokannya atas tiga
dimensi umum kemampuan yaitu:
1. Kemampuan
profesional
2. Kemampuan
sosial
3. Kemampuan
personal
Lebih lanjut Depdikbud (1980) merinci ketiga
kelompok kemampuan tersebut menjadi 10 kemampuan dasar,yaitu:
1. Penguasaan
bahan pelajaran.
2. Pengelolaan
program belajar-mengajar
3. Pengelolaan
kelas .
4. Penggunaan
media dan sumber pembelajaran.
5. Penguasaan
landasan-landasan kependidikan.
6. Pengelolaan
interaksi belajar-mengajar.
7. Penilaian
prestasi siswa.
8. Pengenalan
fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.
9. Pengenalan
dan penyelenggaraan administrasi sekolah.
10. Pemahaman prinsip-prinsip dan
pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu
pengajaran.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa,konsep
pendidik profesional sangatlah penting dalam sebuah pendidikan,karena tanpa
adanya konsep tersebut suatu proses belajar-mengajar tidak akan
sempurna.Keberhasilan guru mengelola kelas dalam arti siswa dan lingkungan
pelajarnya serta ramuan pelajaran yang baik akan sangat mendukung konsentasi
dan ketertarikan siswa terhadap pelajaran yang di ajarkannya.Oleh karena
itu,setiap sekolah harus mempunyai guru-guru atau tenaga pengajar yang
berkualitas atau yang profesional.
Guru profesional merupakn orang yang terdidik dan
terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.Sedangkan
hakikat guru profesional adalah guru yang mempunyai visi yang tepatdan berbagai
aksi yang inovatif.
PUSTAKA DAFTAR
Nurteti lilis,S.Pd.I,M.Pd. 2010. PEDAGOGIK: Pengantar
teori dan analasis. Ciamis.
Nana Syaodih, Sukmadinata.Prof.Dr. 2008. Pengembangan
kurikulum ( teori
dan
praktek ). Bandung:PT
Remaja Rosdakarya.
Purwanto,M. Ngalim, MP. 1998. Ilmu pendidikan teoritis
dan praktis.Bandung: PT Remaja rosdakarya.
Depdikbud. 1989 Dasar-dasar kependidikan.Bandung

Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan untuk mencapai dimensi yang lainnya. Yaitu sikap dan keterampilan afektif berhubungan dengan volume yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam, afeksi juga dapat muncul dalam kejadian behavioral yang di akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Hakikat Pendidikan Nilai dan Sikap.
Sikap (afektif) erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki oleh seseorang, sikap merupakan refleksi dari nilai yang dimiliki, oleh karenanya pendidikan sikap pada dasarnya adalah pendidikan nilai.
Nilai, adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifat – sifatnya tersembunyi, tidak berada dalam dunia yang empiris. Nilai berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk, layak dan tidak, pandangan seseorang tentang semua itu, tidak bisa dirubah. Kita mungkin hanya dapat mengetahui dari prilaku yang bersangkutan oleh karena itu, nilai pada dasarnya adalah standar perilaku sesorang. Dengan demikian, pendidikan nilai pada dasarnya proses penanaman perilaku kepada peserta didik yang diharapkan kepada siswa dapat berperilaku sesuai dengan pendangan yang di anggap baik dan tidak bertentangan dengan norma – norma yang berlaku.
Dougla Graham (Golu 2003) menyatakan 4 faktor merupakan dasar kepatuhan seseorang terhadap nilai – nilai tertentu :
v Normativist : Kepatuhan yang terdapat pada norma – norma hokum.
v Integralist : Kepatuhan yang di dasarkan pada kesadaran dan pertimbangan – pertimbangan yang rasional.
v Fenomalist : Kepatuhan berdasarkan suara hati atau sekedar basa – basi.
v Hedonist : Kepatuhan berdasarkan diri sendiri.
Nilai bagi seseorang tidaklah statis akan tetapi selalu berubah, setiap orang akan selalu menganggap sesuatu itu baik sesuai dengan pandangannya pada saat itu. Oleh sebab itu, system nilai yang dimiliki seseorang bisa di bina dan diarakhan. Komitmen seseorang terhadap suatu nilai tertentu terjadi melalu pembentukan sikap, yakni kecendrungan seseorang terhadap suatu objek, misalnya jika seseorang berhadapan dengan sesuatu objek, dia akan menunjukkan gejala senang atau tidak senang, suka atau tidak suka. Golu (2005) menyimpulkan tentang nilai tersebut :
ü Nilai tidak bisa di ajarkan tetapi di ketahui dari penampilannya.
ü Pengembangan dominan efektif pada nilai tidak bisa di pisahkan dari aspek kognitif dan psikomotorik.
ü Masalah nilai adalah masalah emosional dan karena itu dapat berubah, berkembang, sehingga bisa di bina.
ü Perkembangan nilai atau moral tidak akan terjadi sekaligus, tetapi melalui tahap tertentu.
Sikap adalah kecendrungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan nilai yang di anggap baik atau tidak baik. Dengan demikian, belajar sikap berarti memperoleh kecendrungan untuk menerima atau menolak suatu objek penilaian terhadap objek itu sebagai hal yang berguna atau berharga (sikap positif) dan tidak berguna atau berharga (sikap negatif).
Proses Pembentukan Sikap.
Pola Pembiasaan.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, baik secara disadari maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada siswa melalui proses pembiasaan, misalnya sikap siswa yang setiap kali menerima perilaku yang tidak menyenangkan dari guru, satu contoh mengejek atau menyinggung perasaan anak. Maka lama kelamaan akan timbul perasaa benci dari anak tersebut yang pada akhirnya dia juga akan membenci pada guru dan mata pelajarannya.
Modeling.
Pembelajaran sikap dapat juga dilakukan melalui proses modeling yaitu pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau proses pencontohan. Salah satu karakteristik anak didik yang sadang berkembang adalah keinginan untuk malakukan peniruan (imitasi). Hal yang di tiru itu adalah perilaku – perilaku yang di peragakan atau di demonstrasikan oleh orang yang menjadi idamannya. Modeling adalah proses peniruan anak terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang dihormatinya. Pemodelan biasanya di milai dari perasaan kagum.
Model Strategi Pembelajaran Sikap.
Setiap strategi pembelajaran sikap pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi problematis, melalui situasi ini di harapkan siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya baik.
a. Model Konsiderasi.
Model konsiderasi di kembangkan oleh Mc Paul, seorang humanis, Paul menganggap bahwa pembentukan moral tidak sama dengan pengembangan kognitif yang rasional. Menurutnya pembentukan atau pembelajaran moral siswa adalah pembentukan kepribadian bukan pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, model ini menekankan kepada strategi pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian. Tujuannya adalah agar siswa menjadi manusia yang memiliki kepribadian terhadap orang lain.
b. Model Pengembangan Kognitif.
Model ini banyak di ilhami oleh pemeikiran John Dewey dan Jean Piaget yang berpendapat bahwa perkembangan manusia terjadi sebagai proses dari restrukturisasi kognitif yang berlangsung serta berangsur – angsur menurut aturan tertentu.
c. Tehnik Mengklarifikasikan Nilai.
Tehnik volume clarification technic Que atau VCT dapat diartikan sebagai tehnik pengajaran untuk memebantu siswa dalam menerima dan menentukan suatu nilai yang di aggapnya baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. VCT menekankan bagaimana sebenarnya seseorang membangun nilai yang menurut anggapannya baik, yang pada akhirnya nilai – nilai tersebut akan mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Kesulitan Dalam Pembelajaran Afektif.
Kesulitan dalam pembelajaran afektif ini dikarnakan :
Sulit melakukan control karna banyak factor yang dapat mempengaruhi perkembangan sikap seseorang. Pengembangan kemampuan sikap baik melalui proses pembiasaan maupun modeling bukan hanya di tentukan oleh factor guru, akan tetapi juga factor lain terutama factor lingkungan.
Keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa di evaluasi dengan segera. Berdeda dengan aspek kognitif dan aspek keterampilan yang hasilnya dapat diketahui setelah proses pembelajaran berakhir, keberhasilan dari pembentukan sikap dapat dilihat pada rentang waktu yang cukup panjang. Hal ini disebabkan sikap berhubungan dengan internalisasi nilai yang memerlukan proses lama.
Pengaruh kemajuan tekhnologi, berdampak pada pembentukan karakter anak, tidak bisa di pungkiri program-program TV yang menayangkan acara produksi luar negri yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda, maka dari itu perlahan tapi pasti budaya asing yang belum cocok dengan budaya local menerobos dalam setiap ruang kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Joni T. Rakaa (1980) Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : P3G.
Wina Sanjaya (2008) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar